Jakarta, Diare memang bisa diderita siapa saja. Namun
bila terserang infeksi yang menyebabkan diare, sebaiknya segera
ditangani dengan baik agar tidak berkembang menjadi penyakit langka
Guillain-Barre Syndrome (GBS).
Guillain-Barre Syndrome (GBS) merupakan gangguan imunologi yang menyebabkan kelainan saraf perifer sehingga terjadi kelumpuhan ekstremitas secara asenden dan simetris.
Penyakit langka GBS merupakan penyakit autoimun, artinya antibodi tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan zat asing seperti virus, justru menyerang sel-sel tubuh sendiri.
Risiko terberat GBS dapat mengancam jiwa karena menyebabkan kelumpuhan otot pernapasan sehingga penderita harus menggunakan ventilator, terkena infeksi paru dan sepsis akibat imobilisasi lama.
"Gejala klinis GBS adanya kesemutan simetris (di ujung kedua kaki kanan dan kiri atau tangan kanan dan kiri) yang berlangsung sangat cepat dan berkembang menjadi kelumpuhan," jelas Dr. Manfalutfy Hakim, Sp.S (K), Kepada Divisi Neurofisiologi Klinik dan Penyakit Neuromuskular, Departemen Neurologi FKUI-RSCM, dalam acara Konferensi Press 'Mewaspadai Penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) dan Myasthenia Gravis (MG), di Hotel Mulia Jakarta, Jumat (13/4/2012).
Sebelum adanya gejala tersebut, lanjut Dr Manfalutfy, 4 sampai 6 minggu sebelumnya si pasien akan didahului oleh infeksi seperti diare, demam atau radang tenggorokan.
Kuman yang ada di tubuh dan menyebabkan infeksi itu akhirnya memicu antibodi. Ada bagian tertentu dari bakteri yang memicu antibodi untuk melawan tubuh sendiri.
Tapi tidak semua kuman infeksi dapat memicu timbulnya GBS. Menurut Dr Manfalutfy, infeksi saluran cerna berhubungan dengan infeksi bakteri C. Jejeni, sedangkan diare biasa lebih banyak disebabkan oleh Rotavirus. Namun gejala diarenya tidak bisa dibedakan secara awam.
"Sama seperti diare biasa. Artinya kalau Anda mengalami diare harus ditangai dengan baik dan diobati dengan tepat, agar kuman-kuman yang tertinggal tidak memicu GBS," tutup Dr Manfalutfy.
detik.com
Guillain-Barre Syndrome (GBS) merupakan gangguan imunologi yang menyebabkan kelainan saraf perifer sehingga terjadi kelumpuhan ekstremitas secara asenden dan simetris.
Penyakit langka GBS merupakan penyakit autoimun, artinya antibodi tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan zat asing seperti virus, justru menyerang sel-sel tubuh sendiri.
Risiko terberat GBS dapat mengancam jiwa karena menyebabkan kelumpuhan otot pernapasan sehingga penderita harus menggunakan ventilator, terkena infeksi paru dan sepsis akibat imobilisasi lama.
"Gejala klinis GBS adanya kesemutan simetris (di ujung kedua kaki kanan dan kiri atau tangan kanan dan kiri) yang berlangsung sangat cepat dan berkembang menjadi kelumpuhan," jelas Dr. Manfalutfy Hakim, Sp.S (K), Kepada Divisi Neurofisiologi Klinik dan Penyakit Neuromuskular, Departemen Neurologi FKUI-RSCM, dalam acara Konferensi Press 'Mewaspadai Penyakit Guillain-Barre Syndrome (GBS) dan Myasthenia Gravis (MG), di Hotel Mulia Jakarta, Jumat (13/4/2012).
Sebelum adanya gejala tersebut, lanjut Dr Manfalutfy, 4 sampai 6 minggu sebelumnya si pasien akan didahului oleh infeksi seperti diare, demam atau radang tenggorokan.
Kuman yang ada di tubuh dan menyebabkan infeksi itu akhirnya memicu antibodi. Ada bagian tertentu dari bakteri yang memicu antibodi untuk melawan tubuh sendiri.
Tapi tidak semua kuman infeksi dapat memicu timbulnya GBS. Menurut Dr Manfalutfy, infeksi saluran cerna berhubungan dengan infeksi bakteri C. Jejeni, sedangkan diare biasa lebih banyak disebabkan oleh Rotavirus. Namun gejala diarenya tidak bisa dibedakan secara awam.
"Sama seperti diare biasa. Artinya kalau Anda mengalami diare harus ditangai dengan baik dan diobati dengan tepat, agar kuman-kuman yang tertinggal tidak memicu GBS," tutup Dr Manfalutfy.
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar